Minggu, 28 April 2013

analisis praanggapan pragmatik


Analisis Kartun Mice (Mice Cartoon)
pada Surat Kabar Harian Kompas
A.      Pendahuluan
            Kartun atau Cartoon (dalam bahasa Inggris) menjadi bagian rubrik TTS dan kartun dalam surat kabar dapat menimbulkan rasa lucu, marah, sedih, dan kecewa di dalam diri penikmatnya. Gambar-gambar sederhana yang ditawarkan menampilkan gambar yang lucu sekaligus memberikan pengetahuan baru bagi pembaca.
            Kompas merupakan salah satu media massa berbentuk centak. Media ini tidak hanya menampilkan tulisan, tetapi juga gambar sebagai media komunikasi dengan pembaca. Hal yang terkandung dalam gambar umumnya adalah cerita faktual yang sedang hangat dibicarakan di dalam masyarakat. Kartun Mice (Mice Cartoon) adalah kartun yang secara berkala muncul di harain kompas edisi Minggu. Kartun Mice yang diilustrasikan dan ditulis  Muhammad Misrad pernah dibukukan oleh penerbit Kompas. Buku ini merupakan kumpulan kartun selama 1 tahun dimuat di dalam media cetak Kompas.
  
          Pemahaman makna yang tersirat dalam suatu kartun perlu dianalisis melalui konteks kalimatnya. Kajian bahasa yang dikaitkan dengan konteks yang mendasari pengertian bahasa dalam hubungannya dengan pengguna bahasa disebut pragmatik. Beragam kajian pragmatik yang dapat membantu pengakaji bahasa dalam menganalisis gejala pragmatik dalam sebuah wacana. Salah satu kajian pragmatik yaitu praanggapan. Praanggapan merupakan penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa.
Dalam makalah ini, penulis tertarik untuk mengkaji praanggapan karena pada umumnya aspek ini cenderung ditemukan dalam sebuah kartun. Analisis kartun Mice pada tanggal 24 Maret 2013 akan dipaparkan di bawah ini.

B.       Pengertian Kartun
Kartun berasal (cartoon) dari bahasa Italia cartone yang artinya ‘kertas’. Pada mulanya kartun adalah penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout paper) sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding. Saat ini kartun adalah gambar yang bersifat dan bertujuan sebgai humor. Jadi kartun tidak hanya memunculkan seni murni, di dalamnya terkandung maksud melucu, menyindir atau mengkritik.  
Ching berpendapat bahwa menggambar adalah suatu proses membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu. Kartun merupakan proses menggambar melalui imajinasi pengarang. Seperti yang disampaikan Sumarna bahwa gambar-gambar kartun itu kelihatannya tidak begitu detail, sederhana dalam coret-coretan tetapi menarik, komunikatif, khas. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kartun adalah proses menggambar sederhana dan terdapat di dalamnya makna tertentu. 
Dari segi bentuk, kartun terbagi dua yaitu kartun verbal dan kartun nonverbal. Kartun verbal adalah kartun yang memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata, frasa, kalimat, dan wacana di samping gambar-gambar jenaka didalam memancing senyum dan dan tawa. Sementara itu, kartun nonverbal adalah kartun yang semata-mata memanfaatkan gambar-gambar/ visualisasi jenaka untuk menjalankan tugas itu.   
C.      Pengertian Praanggapan
Salah satu fenomena pragmatik adalah praanggapan. Pranggapan (presuposisi) berasal dari kata to pre-suppose yang dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaaan sebelumnya tentang kawan bicara atau hal yang dibicarakan. Stalnaker (dalam Brown,Yule 1983:29) berpendapat bahwa peraanggapan adalah apa yang digunakan penutur sebagai dasar bersama bagi peserta percakapan.
Keenan (dalam Purba 2002: 68) berpengertian bahwa praanggapan pragmatik sebagai hubungan antara pembicara dengan kewajaran suatu kalimat dalam suatu konteks tertentu. Praanggapan pragmatic mengisysratkan adanya suatu kewajaran kalimat atau pernyataan bila dikaitkan dengan pengetahuan masyarakat. Baik yang dimiliki oleh pembicara maupun oleh pendengar atau penanggap. Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan bersama antara pembicara dan pendengar atau penanggap dalam suatu peristiwa berbahasa. Berbahasa  akan membuat bentuk bahasa mempunyai makna bagi pendengar.
Cummings (43: 2007) menyatakan bahwa praanggapan merupakan kondisi yang dianggap ada sebelum membuat ujaran. Selanjutnya Frege (dalam Purba 2002: 69) juga menjelaskan praanggapan itu sebagai (a) frasa-frasa atau klausa-klausa waktu yang merujuk (mempunyai rujukan) mengandung praanggapan bahwa frasa dan klausa itu memang mempunyai rujukan yang nyata; (b) suatu kalimat dan peniadaannya mempunyai praanggapan yang sama ; (c) agar suatu pernyataan atau suatu kalimat dapat dinyatakan benar atau tidak benar praanggapannya haruslah benar atau dipenuhi.     

D.      Jenis-Jenis Praanggapan
Jenis Pranggapan ada dua yaitu praanggapan semantik dan praanggapan pragmatik. Di bawah ini akan di jelaskan mengenai kedua praanggapan tersebut.

1.        Praanggapan semantik
Praanggapan semantic merupakan praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan atau kalimat melalui leksikon atau kosa katanya. Contoh:
a.       adik tidak pergi sekolah
b.      sepatu adik rusak
Berdasarkan kata-kata yang ada dalam pernyataan itu dapat disimpulkan praanggapan sebagai berikut:
a.       adik seharusnya pergi
b.      adik mempunyai sepatu
2.        Praanggapan pragmatik
Praanggapan pragmatik adalah praanggapan yang didasarkan konteks ketika suatu pernyataan atau kalimat diucapkan. Konteks itu dapat berupa situasi, pembicara, lokusi, dan lain-lain. Pengertian tersebut akan lebih jelas jika memperhatikan contoh di bawah ini.
Pada suatu hari datang seorang tamu laki-laki ke rumah Tono. Tono adalah seorang direktur suatu perusahaan. Tono pun mempersilakan tamu itu untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Tamu itu ternyata teman Tono ketika sekolah di SMU. Ia bernama Santo yang sampai saat ini belum bekerja. Sambil duduk Santo mengatakan,   
Santo                 :Aku merasa Capai sekali karena berjalan kaki terlalu jauh. Tidak ada kendaraan
Tono                  :(Segera ke belakang mengambil air minum kemudian mempersilakan Santo meneguknya) Silakan minum Santo!
Santo                 : Terima kasih. Kau tahu benar aku merasa haus
Dari percakapan di atas dapat diketahui bahwa ketika Santo bercerita tentang proses sampainya ke rumah Tono, Tono beranggapan bahwa ada sesuatu yang akan diminta oleh Santo dan Santo ingin minum. Jika praanggapan yang digunakan adalah praanggapan semantik maka bentuk praanggapannya adalah sebagai berikut:
a.                             Santo merasa capai
b.                            Tidak ada kendaraan di jalan

E.       Analisis Praanggapan
Kartun Mice merupakan salah satu cerita humor yang memiliki nilai komunikasi tinggi. Bentuk komunikasi yang saya kutip adalah:
a.       Gambar pejabat negara sedang tidur ketika rapat
b.      Pejabat negara menyampaikan usulan “Kami merencanakan Kunker ke Eropah selama lima hari…dalam rangka apenyusunan RUU SANTET dan KUMPUL KEBO! Hehehe”
c.       Sebaiknya tipe wakil rakyat seperti ini dibiarkan tidur saja atau bekerja??
Praanggapan pragmatik kalimat tersebut adalah:
a.        Jika wakil rakyat tidur maka ia tidak menyampaikan aspirasi rakyat
b.      Jika wakil rakyat bekerja, banyak uang yang disia-siakan untuk hal yang tidak rasional
c.       Kartunis bertanya, “Memilih tidur merugikan rakyat, memilih bekerja malah menghabiskan uang rakyat”

Praanggapan semantik kalimat tersebut adalah:
a.       Pejabat negara tidur di sebuah kursi
b.      Pejabat Negara menyatakan “Kami memiliki rencana untuk melakukan kunjungan kerja ke Eropa yang menyita waktu selama 5 hari. Kunjungan itu berfungsi untuk membantu dalam menyusun RUU tentang penyantetan dan kumpul kebo (tersenyum senang)”
c.       Penulis bertanya, memilih wakil rakyat yang tidur pada waktu rapat atau wakil rakyat yang menyampaikan usulan-usulannya.
  
Daftar Bacaan
Brown and Yule. 1983. Analisis Wacana (Discourse Analysis) (Terjemahan Soetikno). Jakarta: Gramedia
Ching, Francis DK. 2002. Menggambar Suatu Proses Kreatif. Jakarta: Erlangga
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan. Usu Press
Sumarna, Karmas. 2003. Kiat Mengomersilkan Hobi Menggambar. Semarang: Effhar       
Wijana, I Dewa Putu. 2004. Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa. Jogjakarta: Ombak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar