WACANA
IKLAN CALON GUBERNUR SUMATERA UTARA PERIODE 2013-2018: PENDEKATAN
MIKROSTRUKTURAL DAN MAKROSTRUKTURAL
ABSTRAK
Iklan
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang khas. Teks iklan terkait erat
dengan ragam bahasa jurnalistik. Penelitian ini mengkaji wacana iklan calon
gubernur Sumatera Utara periode 2013-2018. Data diperoleh dari harian Sumut Pos, Waspada, dan harian Tribun.
Wacana tersebut dikaji dengan pendekatan makrostruktural dan mikrostruktural.
Berdasarkan pendekatan tersebut, ditemukan adanya kohesi tekstual mencakup
gramatikal dan leksikal. Pengacuan (referensi), pelesapan (ellipsis),dan
perangkaian (konjungsi) ditemukan pada kohesi gramatikal. Sedangkan Repetisi
(perulangan) ditemukan pada kohesi leksikal sebagai salah satu penanda
koherensi. Analisis kontekstual mencakup iklan dari lima calon dengan pengusung
partai yang berbeda satu sama lain, konteks situasi, prinsip penafsiran
personal, dan sosial kultural iklan. Pada wacana iklan ditemukan adanya warna
yang mendominasi pada setiap iklan sebagai bentuk penguatan terhadap partai
yang menjadi pengusungnya untuk maju menjadi calon gubernur. Berdasarkan sosial
kultural, iklan ini berada pada tahap offer justification
dengan pendekatan competitive stage dan rentetive stage.
Kata-kata
kunci: Iklan, makrostruktural, mikrostruktural
Kata Kunci:
Wacana, Mikrostruktural, Makrostruktural
ABSTRACT
Advertisement
is one of typical form of communication. Advertisement text closely related to
the variety of journalism language. This research analyzes advertisement
discourse of the candidates for governor of North Sumatera on the 2013-2015
periods. The Data are obtained from the daily Sumut Pos, Waspada, and daily Tribun. The discourse then is
analyzed by macrostructural and microstructural. Based on this approach, it can
be found textual cohesion
includes grammatical and lexical. The reference,
ellipsis, and conjunction are found in grammatical cohesion. Meanwhile the
repetition is found in lexical cohesion as one of the marker of coherence. Contextual
analysis covers the advertisements of the five candidates with different party,
situational context, the principle of personal interpretation, and
socio-cultural of the advertisements. In the advertisement discourse is found
the color dominating on each advertisement as a form of a strengthening to the
supporting party to go forward to be candidates of governor. Based on
socio-cultural, these advertisements are at the offer justification stage with
competitive stage and retentive stage approach.
Key words: advertisements,
macrostructural, microstructural
PENDAHULUAN
Pemilihan umum merupa-kan
salah satu bentuk perhelatan demokrasi rakyat. Sebelum pelaksanaan, beberapa
calon yang diusung harus mengenalkan diri kepada masyarakat. Pengenalan itu
dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu, kampanye, pendekatan kepada
masyarakat bawah, iklan, dan lain-lain. Berbagai cara tersebut akan membantu
para calon untuk mendapatkan simpati rakyat dan akan membantunya memperoleh
suara pada pemilihan umum.
Fenomena pemakaian
bahasa yang muncul sebelum dilakasanakan pemilu adalah bahasa Iklan. Bahasa
iklan sebagai wujud ragam bahasa jurnalistik memiliki daya informatif persuasif
yang secara konsensus harus memilih kata-kata yang dapat dipahami pembaca.
Ragam bahasa jurnalistik ini juga memiliki karakteristik unik yaitu bahasanya
singkat, padat, lancar, sederhana, lugas, netral dan menarik.
Bahasa iklan merupakan
bahasa yang dipakai untuk menyampaikan segala bentuk pesan kepada khalayak
melalui media cetak maupun elektronik. Sebagai salah satu bentuk pesan, iklan
dijadikan sebagai alat untuk menarik perhatian. Warna, ilustrasi, judul, teks
dan logo suatu iklan adalah hal yang digunakan untuk memberikan kesan kepada
pembaca. Gagasan yang diolah kreatif turut menunjang dalam hal mempengaruhi
sikap dan pandangan orang serta meneguh-kan nilai-nilai tertentu.
Beberapa bulan yang
lalu telah dilaksanakan pemilihan umum gubernur Sumatera Utara. Hal menarik
sebelum dilaksanakan pemilihan itu adalah terjadinya perang wacana antarcalon.
Menurut Norman Fairclough (dalam Sumarlam, 12: 2003) wacana adalah pemakaian
bahasa tampak sebagai sebuah bentuk praktik sosial. Bahasa yang terkandung
dalam wacana mampu menjadi penguhubung dengan kahalayak. Hal inilah yang
dimanfaatkan oleh para kandidat untuk menarik simpati.
Para kandidat memiliki
cara berbeda dalam menyampaikan visi misi untuk menarik simpati. Hal ini tidak
terkecuali dengan apa yang dilakukan oleh para kandidat calon gubernur Sumatera
Utara periode 2013-2018. Berbagai wacana melalui iklan baik dalam bentuk media
cetak, elektronik, maupun baliho disampaikan dengan kekhasan tersendiri.
Penelitian ini akan terfokus pada masalah (1) Bagaimanakah
kohesi dan koherensi wacana Iklan Calon
Gubernur Sumatera Utara Periode 2013-2018, dan (2) Bagaimanakah Konteks
Situasi dan Sosial Budaya pada Iklan
Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Periode 2013-2018.
Tinjauan
Pustaka
Kata iklan advertising berasal dari bahasa Yunani,
yang mempunyai arti ‘berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak, ramai
agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan’. Makna iklan yang lain
dipaparkan Suhandang (2005:15) yaitu produk periklanan yang mencakup segala
macam maklumat, baik untuk tujuan perdagangan maupun pengumuman-pengumuman lainnya
seperti undangan rapat, ucapan belasungkawa, kehilangan sesuatu dan
sebagainya.
Wacana iklan dianalisis
dengan dua pendekatan yaitu pendekatan mikrostruktural dan makrostruktural.
Pendekatan mikrostruktural menganalisis wacana dengan dititikberatkan pada
mekanisme kohesi tekstualnya yaitu untuk mengungkapkan urutan kalimat yang
membentuk sebuah wacana menjadi koheren.
Pendekatan makrostruktural
menganalisis wacana dengan dititikberatkan pada garis besar susunan wacana itu
secara global untuk memahami teks secara keseluruhan. Pendekatan ini terdiri
atas struktur tekstual, sistem leksis, dan konteks. Konteks dalam
mikrostruktural adalah konteks situasi dan konteks kultural.
Teks iklan memiliki
bentuk yang diciptakan oleh adanya hubungan antarunsur di dalam teks tersebut.
Halliday dan Hasan (dalam Sarwiji 147: 2008) menyebutkan bahwa kohesi adalah
perangkat sumber kebahasaan yang dimiliki setiap bahasa sebagai bagian dari
metafungsi tekstual untuk mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya.
Hubungan kohesif sering ditandai dengan kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
Dalam analisis wacana,
segi bentuk dan struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana. Aspek
ini terbagi atas pengacuan (referensi), penyulihan (substi-tusi), pelesapan
(elipsis), dan perangkaian (konjungsi).
Merujuk pada pendapat di atas, maka
dalam wacana harus dipenuhi dua unsur, yaitu: (a) kohesi (perpaduan bentuk) dan
(b) koherensi (perpaduan makna). Dengan demikian, wacana adalah satuan bahasa
yang dinyatakan secara lisan ataupun tulis yang dilihat dari struktur bentuk
lahir bersifat kohesif dan dari struktur makna bersifat terpadu (koheren).
Selain aspek gramatikal,
wacana juga memiliki aspek pendukung lain yaitu aspek leksikal. Aspek leksikal
menurut Sumarlam (2003: 35) yaitu hubungan antar unsur dalam wacana secara
semantis. Kohesi leksikal dibedakan menjadi enam jenis yaitu, repetisi
(pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi
(hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).
Konteks wacana adalah
unsur yang terdapat di dalam sebuah wacana dan segala sesuatu yang mendukung di
luar wacana tersebut. Konteks bahasa menjadi unsur utama sedangkan konteks luar
bahasa berkedudukan sebagai unsur pendukungnya. Konteks bahasa disebut juga
sebagai konteks internal sedangkan konteks yang berhubungan dengan situasi dan
budaya disebut konteks eksternal.
Pemahaman
konteks situasi dan budaya dalam wacana dapat dilakukan dengan berbagai prinsip
penafsiran dan prinsip analogi. Prinsip-prinsip itu ialah,
1.
Prinsip penafsiran personal, yaitu
berkaitan dengan siapa sesungguhnya yang menjadi partisipan di dalam suatu
wacana
2.
prinsip penafsiran lokasional, yaitu
berkaitan dengan penafsiran tempat atau lokasi terjadinya suatu situasi
(keadaan, pristiwa, proses) dalam rangka memahami wacana
3.
prinsip penafsiran temporal, yaitu berkaitan dengan pemahaman mengenai
waktu
4.
prinsip analogi, yaitu dasar yang
digunakan oleh penutur dan mitra tutur untuk memahami makna dan
mengidentifikasi maksud dari sebuah wacana.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam
penelitian mini ini berupa hasil telaah dari wacana iklan calon gubernur
Sumatera Utara periode 2013-2018 pada harian Sumut Pos yang terbit pada tanggal 14 Februari 2013, Waspada yang terbit tanggal 25 Februari
2013, dan harian Tribun. Data penelitian terdiri dari 5 buah iklan yang
mencakup iklan masing-masing calon gubernur Sumatera Utara. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian mini ini menggunakan teknik noninteraktif.
Dalam teknik noninteraktif, sumber data berupa benda atau manusia yang tidak
mengetahui bila sedang diamati atau dikaji.
HASIL ANALISIS DATA
1.
Teks
1 (Iklan Gus Irawan Pasaribu dan Soekirman)
Teks 1 muncul
dalam harian Tribun Sumatera Utara yang
terbit setiap hari. Iklan calon gubernur Sumatera Utara dengan nomor urut 1,
terletak di halaman pertama bagian paling bawah dengan kolom yang memanjang.
Teks tersebut tediri dari tiga kalimat yaitu,
(1)
Coblos No 1 GusMan
(2)
H. Gus Irawan Pasaribu, S.E.Ak, M.M Ir.
H. Soekirman Calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumut 2013-2018
(3)
Perubahan untuk Sumut Sejahtera
a.
Analisis
Kohesi dan Koherensi
Pendekatan
mikrostruktural melihat bahwa wacana dibentuk atas dua segi yaitu segi bentuk
atau kohesi dan segi makna atau koheren. Hal ini bermaksud bahwa segi bentuk
merupakan struktur lahir dari bahasa yang mencakup aspek gramatikal, sedangkan
segi makna adalah struktur batin bahasa yang mencakup aspek leksikal.
Gusman yang dimaksud
merupakan perpaduan nama calon yaitu Gus Irawan dan Soekirman.
Kalimat pertama ini mengalami pelesapan dari kata yang seharusnya merujuk
kepada pembaca yaitu “kamu coblos” menjadi “Ø coblos”. Kata-kata tersebut
dibuang karena tanpa mengguanakan kata “kamu” maka dapat dipahami bahwa yang
diperintahkan untuk mencoblos adalah masyarakat Sumatera Utara yang memiliki
hak suara bukan masyarakat kota lain.
Pada data (2) terdapat
perangkai dan sebagai perangkai yang
bermakna penambahan/ aditif. Kata dan
merangkaikan kata “Gubernur dan Wakil
Gubernur”. Setelah kedua kata tersebut dirangkai, maka pada kata kedua terjadi
pelesapan. Pelesapan yang terjadi pada kata kedua ini dimulai “Ø wakil gubenur”
yang pada hakikatnya bahwa “wakil gubernur” merupakan seorang calon juga.
Pelesapan yang dilakukan penulis dimaksudkan untuk efektivitas, efisiensi guna
mencapai kepaduan wacana.
Selain kohesi,
koherensi dalam wacana iklan tersebut tampak pula pada pengulangan kata “Sumut”
hingga dua kali yaitu “Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut dan Perubahan untuk Sumut
Sejahtera”. Pengulangan ini termasuk repetisi tautotes. Repetisi tautotes yaitu
pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa kali dalam sebuah konstruksi
(Sumarlam,36: 2003). Pengulangan ini dimaksudkan karena calon gubernur berharap
diterima oleh seluruh kalangan masyarakat Sumatera Utara yang multi etnik.
Pengulangan ini juga menguatkan bahwa kedua calon merupakan calon gubernur
Sumatera Utara dan bukan calon dari provinsi lain.
b.
Konteks
Situasi
Iklan calon gubernur
dengan nomor urut pertama yaitu Gus Irawan Pasaribu dan Soekirman terletak pada
Harian Tribun di halaman pertama kolom terbawah. Bentuk iklan ini memanjang dan
memenuhi kolom terbawah tersebut. Iklan pada teks 1 berwujud:
1)
Latar pada iklan tersebut berwarna
jingga. Warna tersebut memenuhi keseluruhan background
iklan. Warna tersebut sangat menggambarkan calon gubernur yang berasal dari
salah satu perusahaan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yaitu Bank Sumut yang
didominasi oleh warna jingga dan biru.
2)
Pada sebelah kiri terdapat dua figur
yang merupakan calon gubernur dan wakil gubernur. Posisi calon gubernur berada
di sebelah kiri dan lebih tinggi dibandingkan wakilnya. Hal ini bermaksud untuk
menunjukkan kedudukan calon gubernur yang lebih tinggi bila dibandingkan
wakilnya. Kedua tokoh tersebut menggunakan latar bendera Indonesia yang
berwarna merah putih. Senyum merekah terpampang pada foto keduanya dengan
menggunakan baju kemeja khas partai yang berwarna putih, biru, dan jingga.
3)
Warna kata “Coblos nomor 1 Gusman” dan “
H. Gus Irawan Pasaribu dan H. Soekirman” didominasi oleh warna biru dan putih.
Hal ini menguatkan bahwa kedua calon merupakan calon yang diusung oleh Partai Amanat
Nasional (PAN).
4)
Pada sebelah kiri bawah terdapat kata
”Perubahan untuk Sumut Sejahtera”. Kata “Perubahan untuk” didominasi warna putih dengan latar
biru sedangkan kata “Sumut Sejahtera” didominasi warna jingga dengan penambahan
sebuah gambar pulau Sumatera berciri danau toba.
c.
Konteks
Sosial Kultural
Iklan merupakan salah
satu bentuk komunikasi yang khas. Wiratno (dalam Sutji Muljani, 2003:180)
menjelaskan 4 macam tahap iklan yaitu pengenalan (orientation), penyajian
(presentation), pembujukan (offer), dan penilaian (justification). Kemudian hal
ini ditambahkan lagi oleh Wiratno bahwa ada 3 macam pendekatan dalam beriklan
yaitu, (1) pioneering stage yaitu
tahap pengenalan produk baru; (2) competitive
stage yaitu tahap persuasif yang menggambarkan keungulan-keunggulan produk
yang diiklankan dibandingkan dengan produk lain; (3) tahap rentetive stage yaitu tahap pengingatan kepada konsumen bahwa
produk yang ditawarkan masih lebih baik dibandingkan dengan produk-produk lain.
Berdasarkan teori
tersebut, secara sosial kultual, iklan calon gubernur Gusman berada pada tahap lanjutan yaitu pembujukan (offer justification) dengan pendekatan rentetive stage. Artinya dengan teks iklan tersebut penulis berusaha
mengingatkan para pemilih untuk tidak lupa mencoblos calon nomor urut pertama.
Peringatan tersebut tampak pada simbol
angka 1 yang di gambarkan dengan sebuah paku. Hal ini bertujuan memberi tahu
khalayak bahwa cara memilih calon dengan mencoblos angka satu.
2.
Teks
2 (Iklan Efendi Simbolon dan Jumiran Abdi)
Iklan Pemilihan calon
gubernur hadir setiap hari sejak dimulainya izin berkampanye. Salah satu
kemunculan iklan tersebut dapat ditemui pada harian Sumut Pos yang terbit pada
tanggal 14 Februari 2013. Iklan ini terletak pada halaman depan. Ada beberapa
iklan calon gubernur lain di sekitar kolom pemasangan iklan tersebut. Sebagai
pembeda, iklan ini menggunakan kolom yang lebih luas dibandingkan dengan iklan
yang lainnya.Teks kedua terdiri dari 4 kalimat yaitu,
(1)
Mohon doa dan dukungan
(2)
Pilihanku No. 2 Efendi Jumiran/ Esja
(3)
Sumut 2013 Lebih BerWaRNa (Bersih,
Berwibawa, Sejahtera, dan Berguna)
(4)
Drs. Effendi MS Simbolon Calon Gubernur
Sumatera Utara 2013-2018
(5)
Drs H Jumiran Abdi Calon Wakil Gubernur
Sumatera Utara 2013-2018
a.
Analisis
Kohesi dan Koherensi
Pada kalimat no (1)
terdapat pelesapan kata “kami” yang seharusnya berupa kalimat “Kami memohon doa
dan dukungan” namun kalimat tersebut menjadi “Ø mohon doa dan dukungan”. Kata
mohon ini ditujukan kepada masyarakat Sumatera Utara untuk memberi dukungan
kepada kedua calon. Jadi jelas jika yang momohon adalah kedua calon dengan
menggunakan kata ganti kami.
Penggunaan kata ganti kami ini
disebabkan karena calon berjumlah dua orang atau dalam hal ini dianggap
jamak. Kedudukan calon tersebut adalah
sebagai orang pertama jamak dengan mengunakan kata ganti kami.
Kohesi perangkaian
ditemukan pula pada kalimat (1) dengan
menggunakan perangkai kata dan.
Dan merupakan perangkai penambah/
aditif berfungsi merangkaikan kata “doa dan
dukungan”. Setelah kedua klausa tersebut dirangkai maka pada klausa kedua
terjadi pelesapan. Pelesapan pada klausa kedua terjadi pada kata “ mohon doa
dan mohon dukungan” tetapi kalimat tersebut menjadi “mohon doa dan Ø dukungan”.
Pelesapan berfungsi untuk mencapai aspek kepaduan wacana.
“Pilihanku No. 2 Efendi Jumiran/ Esja”
menunjukkan kohesi pengacuan (referensi) persona promina pertama tunggal. Ku pada kata tersebut menempel pada kata
pilihan. Pilihanku bukan merupakan ujaran dua calon tersebut. Iklan ini
menyiratkan bahwa seolah-olah telah terjadi pergantian pembicara dari pembicara sebelumnya yaitu kedua calon dan
berganti menjadi ujaran pendukung calon.
Kalimat (3) terdapat
pemakaian pemarkah kohesi perangkaian dan pelesapan. Pemakaian kohesi
perangkaian terdapat pada kata “Bersih, Berwibawa, Sejahtera, dan Berguna” dengan menggunakan kohesi
perangkai dan. Sedangkan pemarkah
kohesi pelesapan terdapat pada kata lebih
sehingga menjadi kalimat “Sumut 2013 Lebih BerWaRNa (Ø Bersih, Ø Berwibawa, Ø Sejahtera,
dan Ø Berguna)”. Jika disisipi kata lebih maka akan menjadi “Sumut 2013 Lebih
BerWaRNa ( Lebih Bersih, Lebih Berwibawa, Lebih Sejahtera, dan Lebih Berguna)”.
Repetisi terdapat pada
kalimat (4) dan (5) dengan mengulang kata yang hampir sama yaitu kata “Calon
Gubernur Sumatera Utara 2013-2018” dan “ Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara
2013-2018”. Pengulangan ini merupakan repetisi pertautan. Pengulangan ini juga
dianggap sebagi penegasan bahwa kedua calon merupakan calon gubernur dan wakil
gubernur yang akan menjadi pemimpin untuk lima tahun mendatang.
b.
Konteks
Situasi
1)
Latar pada iklan tersebut di dominasi
oleh warna merah. Merah merupakan salah satu warna khas dari partai politik
pendukung Esja. Partai politik tersebut yaitu Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI Perjuangan).
2)
Pada sebelah kiri iklan terdapat dua
potret tokoh yang mencalonkan diri. Pada sisi terkiri Foto Efendi Simbolon
dengan posisi bahu lebih tinggi dibanding pasangannya yang terletak di sebelah
kanan yaitu Jumiran Abdi. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kedudukan
gubernur lebih tinggi dibanding wakilnya.
3)
Kata Lebih
Berwarna ditulis dengan 5 warna yaitu jingga, merah jambu, hijau, biru, dan
ungu. Berbagai warna yang muncul pada slogan “Sumut 2013 Lebih Berwarna”
memiliki makna bahwa calon memiliki perbedaan keyakinan namun mampu bersatu dan
memberikan warna yang berbeda di banding calon lainnya.
4)
Angka dua tersebar pada bagian kanan dan
kiri iklan yang menandakan bahwa calon menempati nomor urut dua.
5)
Di bawah kalimat “Pilihanku No.”
terdapat tiga logo partai yang merupakan partai pengusung Efendi Simbolon dan
Jumiran Abdi. Tiga partai tersebut adalah Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN),
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), dan Partai Damai Sejahtera. Hal
ini dapat dimaknai bahwa pemilih ketiga partai tersebut secara penuh mendukung
Esja.
c.
Konteks
Sosial Kultural
Teks iklan calon
gubernur Sumatera Utara berada pada tahap pembujukan (offer justification) dengan pendekatan competitive stage.
Artinya iklan tersebut tidak memperkenalkan sesuatu yang baru melainkan sudah
pada tahap pembujukan kepada masyarakat Sumatera Utara untuk memilih pasangan
no. 2. Pembujukan tersebut tampak pada simbol angka 2 yang tertulis hingga dua
kali. Hal ini bertujuan untuk memberi tahu khalayak bahwa calon nomor dualah
yang terbaik.
3.
Teks
3 ( Iklan Chairuman Harahap dan Fadly Nurzal)
Iklan yang muncul pada
harian Sumut Pos tanggal 14 Februari 2013 muncul dengan satu kolom. Iklan
tersebut terbit pada halaman terdepan dengan beberapa iklan calon gubernur
lainnya. Seperti iklan lainnya, iklan tersebut juga mampu menarik perhatian
pembaca karena berada di bagian atas halaman pertama. Teks iklan calon gubernur
dengan nomor urut tiga terdiri dari 5 kalimat yaitu,
(1)
BERANI JUJUR HEBAT!
(2)
3 Pilihan ku!
(3)
Korupsi bukan Tradisi
(4)
Dr. H. Chairuman Harahap, S.H. M.H H. Fadly Nurzal, S.Ag Calon Gubernur Dan
Calon Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara
(5)
Chairuman Fadly 2013 membangun dari
desa
a.
Analisis
Kohesi dan Koherensi
Pada data (1) terdapat
kohesi pelesapan kata dan. Penggunaan
konjungsi penambahan/ aditif tersebut digunakan untuk untuk menengahi kalimat
yang ambigu. Penghilangan kata pertama bisa diduga dalam bentuk “berani jujur itu hebat” atau “berani, jujur, dan hebat”. Namun pada analisis ini,
konjungsi dan merupakan konjungsi yang paling memungkinkan untuk mengisi elipsis yang terjadi pada wacana
tersebut.
Pada data (2) dua
terdapat kohesi pelesapan dan kohesi pengacuan (referensi) persona. Pelesapan
terdapat pada “Ø 3 Ø pilihan ku” kata yang lesap adalah nomor dan adalah sehingga
menjadi “Nomor 3 adalah pilihan ku”. Kohesi pengacuan (referensi) persona
terdapat pada kata ku. Aku merupakan bentuk persona tunggal
pertama.
Pada data (3) terdapat
perangkai dan sebagai perangkai yang
bermakna penambahan/ aditif. Kata dan
merangkaikan kata “Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur”. Berbeda dengan Teks 1, iklan Charly setelah mendapat konjungsi dan tidak melesapkan kata setelahnya yaitu calon.
Pada data (4) terjadi
pelesapan kata dan dalam wacana
“Chairuman Ø Fadly membangun dari desa”. Chairuman Fadly bukanlah nama
seseorang melainkan nama dua tokoh yaitu Chairuman Harahap dan Fadly Nurzal.
Pelesapan ini terjadi untuk pengefektifan iklan kedua calon hingga akhirnya
mereka terkenal dengan sebutan Charly (Chairuman Fadly).
b.
Konteks
Situasi
1)
Warna background pada iklan pasangan nomor tiga didominasi warna kuning.
Hal ini berkaitan dengan partai pengusungnya yaitu Partai Golongan Karya
(Golkar).
2)
Kata “Berani Jujur Hebat!” diberi latar
merah sebagai penguatan kata berani yang biasa dilambangkan dengan warna merah.
3)
Kata “korupsi bukan tradisi” dengan
memberi latar merah pada kata bukan
menunjukkan sikap serius calon untuk menghapus tindakan korupsi di Sumatera
Utara.
4)
Di atas foto calon terdapat angka tiga
yang merupakan nomor urut Chairuman dan Fadly sebagai calon gubernur Sumatera
Utara. Angka ini tertera di atas foto kedua calon agar pembaca dapat mengingat bahwa nomor tiga
dengan foto Chairuman dan Fadly merupakan salah calon yang pantas dipilih.
5)
Chairuman merupakan tokoh yang diusung
oleh partai Golkar sehingga nama Chairuman yang terletak dibawah fotonya
menggunakan latar warna kuning. Sedangkan Fadly Nurzal diusung oleh Partai
Persatuan Pembangunan menggunakan latar warna hijau sebagai warna ciri partai
pengusungnya.
6)
Ada empat logo partai yang dipasang. Keempat
logo tersebut merupakan logo partai pengusung kedua calon. Adapun nama partai
tersebut yaitu, Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Republikan, dan Partai Buruh.
c.
Konteks
Sosial Kultural
Teks iklan calon
gubernur Sumatera Utara dengan nomor urut tiga berada pada tahap pembujukan (offer justification) dengan pendekatan competitive stage. Artinya iklan tersebut tidak memperkenalkan sesuatu yang
baru melainkan sudah pada tahap pembujukan kepada masyarakat Sumatera Utara
untuk memilih pasangan nomor tiga. Tindakan ini terlihat pada beberapa janji
yang ditawarkan seperti, berani jujur
hebat, korupsi bukan tradisi, dan
membangun dari desa.
4.
Teks
4 (Iklan Amri Tambunan dan R. E. Nainggolan)
Teks keempat dikutip
pada harian Sumut Pos tanggal 14 Februari 2013. Iklan ini muncul pada halaman
pertama dengan menggunakan 1 kolom yang seukuran dengan kolom iklan Chairuman
Fadly. Ada tiga kalimat pendukung dalam iklan ini yaitu,
(1)
4 Amri Re Untuk Sumut
(2)
No 4 Amri Re Membangun Dalam Kebhinekaan
(3)
Drs. Haji Amri Tambunan Dr. R. E. Nainggolan, M.M Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut 2013-2018
a.
Analisis
Kohesi dan Koherensi
Pada data (1) terjadi
pelesapan (elipsis). Pelesapan ini terdapat pada data “4 Amri Ø Re untuk
Sumut”. Antara kata Amri Re seharusnya mendapat konjungsi
penambahan/ aditif dan. Amri Re bukanlah nama seorang tokoh melainkan dua orang tokoh. Tokoh
Pertama yaitu Amri Tambunan yang mencalonkan diri menjadi gubernur dan tokoh
kedua yaitu R. E. Nainggolan yang mencalonkan diri menjadi wakil gubernur.
Repetisi pertautan
ditemukan pada data (1) dan (2) yaitu “4 Amri Re”. pada repetisi pertama
terjadi pelesapan “Ø 4 Amri Ø Re” yang seharusnya diisi oleh kata nomor dan dan. Sedangkan pada data (2) terjadi
pelesapan dan “No 4 Amri Ø Re”.
Pada kalimat (1) dan
(3) ditemukan pula perulangan kata Sumut.
Perulangan tersebut merupakan repetisi tautotes. Repetisi tautotes yaitu
pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa kali dalam sebuah konstruksi.
Pada kalimat ketiga
terdapat perangkai dan sebagai
perangkai yang bermakna penambahan/ aditif. Kata dan merangkaikan kata “Calon Gubernur dan Wakil Gubernur”. Setelah kedua kata tersebut dirangkai, maka
pada kata kedua terjadi pelesapan. Pelesapan yang terjadi pada kata kedua ini
dimulai “Ø wakil gubenur” yang pada hakikatnya bahwa “wakil gubernur” merupakan
seorang calon juga. Pelesapan yang dilakukan penulis dimaksudkan untuk
efektivitas, efisiensi guna mencapai kepaduan wacana.
b.
Konteks
Situasi
1)
Warna putih menjadi latar iklan
pemilihan calon gubernur Sumatera Utara dengan nomor empat.
2)
Warna biru terlihat pada angka empat,
warna huruf pada kalimat “untuk Sumut”, background
kalimat “membangun dalam kebhinekaan”, dan background
nama calon gubrnur dan wakil gubernurnya. Warna ini menjadi dominan karena
kedua calon diusung oleh Partai Demokrat.
3)
Di tengah kolom iklan terdapat dua foto
calon gubernur dan wakil gubernur. Kedua figur menggunakan latar bendera merah
putih. Calon gubernur melambaikan tangan kanannya dengan menunjukkan empat jari
sebagai lambang bahwa mereka calon dengan nomor urut empat. Posisi calon
gubernur lebih tinggi di banding wakilnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan
calon gubernur lebih tinggi disbanding wakilnya.
4)
Kalimat membangun dalam kbhinekaan
menyiratkan makna bahwa kedua calon memiliki keyakinan yang berbeda.
c.
Konteks
Sosial Kultural
Teks iklan calon
gubernur Sumatera Utara nomor urut empat berada pada tahap pembujukan (offerjustification) dengan pendekatan competitive stage. Artinya iklan tersebut tidak memperkenalkan sesuatu yang
baru melainkan sudah pada tahap pembujukan kepada masyarakat Sumatera Utara
untuk memilih pasangan no. 4. Pembujukan tersebut tampak pada angka empat yang
terletak pada sebelah kiri atas dan dibawah foto calon. Angka empat ditulis
hingga dua kali untuk mengingatkan pemilih bahwa jika ingin memilih Amri Re
harus ingat angka empat. Beberapa iklan Amri Re juga selalu melambaikan empat
jari sebagai tanda bahwa mereka calon dengan nomor urut empat.
5.
Teks
5 (Iklan Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry)
Iklan calon gubernur
Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry dikutip pada harian Waspada yang terbit pada tanggal 25 Februari 2013. Iklan tersebut
muncul pada halaman pertama di kanan atas. Kolom yang dipakai terbilang kecil
dibanding dengan iklan calon gubernur yang lain, namun iklan ini tetap menonjol
karena selalu menggunakan background
kuning keemasan sebagai warna salah satu pengusung kedua calon yaitu PKS
(Partai keadilan Sejahtera). Teks kelima terdiri dari lima kalimat yaitu,
(1)
Lanjutkan!
(2)
Merakyat, Membangun, Melayani Sumut
(3)
Ganteng (Gatot & Tengku Erry)
(4)
H. Gatot Pujo Nugroho, S.T Calon
Gubernur Sumatera Utara Periode 2013-2018
(5)
Ir. H.T. Erry nuradi, M. SI Calon Wakil
Gubernur Sumatera Utara Periode 2013-2018
a.
Analisis
Kohesi dan Koherensi
Kata “lanjutkan!” pada
data (1) merupakan sebuah wacana lengkap. Kata tersebut mengalami kohesi
pelesapan. Pelesapan itu terlihat pada hilangnya persona dan hanya memunculkan
kata kerja yang berbentuk perintah. Pelesapan itu dapat berbentuk “Kamu
lanjutkan!” namun yang tertulis “Ø lanjutkan!”. Penulisan lanjutkan bukan tuturan dari kedua calon melainkan pendukung dari
kedua calon.
Pada data (2) ditemui 3 kata kerja yaitu
“merakyat, membangun, melayani Sumut”. Jika diperhatikan, kalimat tersebut
mengalami pelesapan pada kata penghubung dan.
Penghubung itu seharusnya terletak antara kata membangun dan melayani.
Selain pelesapan konjungsi penambah/ aditif, data juga melesapkan persona yang melaksanakan kata kerja
merakyat, membangun dan melayani. Meskipun demikian makna ini tetap dapat
dipahami pembaca karena setelah tiga kata kerja tersebut muncul data (3) yaitu
“Ganteng Gatot & Tengku Erry”. data tersebut memperjelas persona yang akan
melaksanakan “merakyat, membangun, melayani Sumut”.
Pada data (4) dan (5)
terjadi repetisi pertautan. Pengulangan tersebut terjadi pada kata calon yang diulang setelah kata gubernur dan wakil gubernur.
Pengulangan itu menegaskan bahwa kedua tokoh masih dalam posisi calon.
b.
Konteks
Situasi
1)
Background
pada iklan tersebut berwarna kuning keemasan. Warna ini merupakan ciri khas
dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan salah satu partai pengusung
kedua calon.
2)
Di belakang foto kedua calon terlihat
potret dari nelayan dan petani. Ini mengindikasikan bahwa nomor urut lima
sangat memperhatikan masyarakat bawah terutama nelayan dan petani.
3)
Angka 5 (lima) terletak di tengah antara
foto calon gubernur dan wakil gubernur. Angka lima ini sangat penting
kemunculannya untuk menegaskan kepada khalayak bahwa yang menempti urutan
kelima adalah Gatot dan Tengku Erry.
4)
Foto dua figur yang mencalonkan diri
menjadi gubernur berposisi sama tinggi. Hal ini bisa memberikan makna bahwa
antara calon gubernur dan wakilnya tidak ada posisi tertinggi dan terbawah.
c.
Konteks
Sosial Kultural
Teks iklan calon
gubernur Sumatera Utara berada pada tahap pembujukan (offer justification) dengan pendekatan rentetive stage. Sebelumnya
slogan yang ditawarkan Ganteng (Gatot dan
Tengku Erry) adalah “Merakyat dan Melayani Sumut” namun seiring berjalannya
waktu slogan itu pun bertambah menjadi “Merakyat, Membangun, Melayani”.
Pertambahan iklan ini mengindikasikan bahwa iklan sudah mencapai tahap rentetive stage (tahap pengingatan). Penambahan slogan merupakan salah satu
cara untuk meyakinkan khalayak bahwa janji yang dituturkan adalah untuk
pembangunan Sumatera yang lebih baik.
PENUTUP
Berdasarkan analisis
kewaca-naan terhadap iklan Calon Gubernur Sumatera Utara Periode 2013-2018 pada
berbagai harian lokal di Sumatera Utara sebagaimana telah diuraikan maka dapat
dirunut menjadi beberapa kesimpulan sebagai berikut,
1.
Analisis wacana dengan pendekatan makro
dan mikrostruktural pada iklan Calon Gubernur Sumatera Utara memusatkan
perhatiannya pada kohesi, koherensi, konteks situasi, dan konteks sosial budaya
yang berkaitan dengan keseluruhan teks dan berbagai konteks yang melingkupinya
2.
Analisis kohesi tekstual wacana iklan
Calon Gubernur Sumatera Utara dalam kohesi gramatikal ditemukan pengacuan
(referensi), pelesapan (ellipsis) dan perangkaian (konjungsi) dan dalam kohesi
leksikal terdapat empat macam penandakoherensi yaitu repetisi (perulangan)
3.
Analisis kontekstual mencakup iklan dari
lima calon dengan pengusung partai yang berbeda satu sama lain, konteks
situasi, prinsip penafsiran personal, dan sosial kultural iklan. Pada wacana
iklan ditemukan adanya warna yang mendominasi pada setiap iklan sebagai bentuk
penguatan terhadap partai yang menjadi pengusungnya untuk maju menjadi calon
gubernur. Berdasarkan sosial kultural, iklan ini berada pada tahap offer justification dengan pendekatan competitive
stage dan rentetive stage
4.
Kohesi dan koherensi wacana iklan 5
kandidat gubernur Sumatera Utara mendukung lancarnya penyampaian makna yang
dikomunikasikan oleh tiap calon.
DAFTAR REFERENSI
Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra
Sarwiji
Suwandi. 2008. Serbalinguistik: Mengupas
Pelbagai Praktik Berbahasa. Surakarta: UNS Press
Kustadi
Suhandang. 2005. Periklanan (Manajemen,
Kiat, dan Strategi). Bandung: Nuansa